>
you're reading...
Biconers

Pengalamanku di Birdwatching Competition

merapi birdwatch

Oleh : Gammi Puspita Endah

Rabu, 14 November 2012, tim birdwatcher yang beranggotakan Adithya Chrisdyantama Putra, Adhy Widya Setiawan, Ilyas Nursyamsi, Irpan Fauzi, Sukma Chaedir Umar dan saya (Gammi Puspita Endah) berangkat menuju ke Yogyakarta untuk mengikuti Merapi Birdwatching Competition. Pukul 22.00 kami berangkat dari Bandung melalui terminal bus Cicaheum. Tak banyak yang kami kerjakan karena sejumlah aktivitas yang telah kami lakukan pada hari itu membuat kami lebih banyak beristirahat dalam perjalanan.

Kami tiba di Kulon Progo, Yogyakarta pada kamis (15/11) pukul 10.00 WIB dan menginap di salah satu rumah rekan 1 tim kami Adhy WS yang kebetulan berasal dari Yogyakarta. Di Rumah itu, kami disambut hangat oleh keluarga Adhy rumah yang sederhana bernuansa perdesaan yang eksistensinya tidak hilang tergerus oleh rumah bergaya minimalis namun agak modern, lantai hitam legam yang belum menggunakan keramik, dan terasa dingin ketika kaki ini menyentuh lantainya, langit-langit rumah yang tinggi, furniture kayu yang tidak terlalu memenuhi rumah seperti rumah-rumah dikota pada umumnya, sekat-sekat dinding antar kamar yang masih menggunakan anyaman bambu membuat angin mudah masuk menembusnya, foto-foto keluarga yang dipajang dibeberapa sudut rumah seakan ingin bercerita ribuan kisah, dan kami merasa nyaman dengan suasana tersebut. Suasana terasa lebih nyaman dengan keramahan penghuninya, terutama “embah” yang selalu menyapa kami meski kami terkendala dengan bahasa jawa yang tidak begitu kami mengerti, namun hangat dan ramah.

Acara Merapi Birdwatching Competition dimulai pada hari jumat (16/11), kami sengaja datang lebih awal sebelum perlombaan dimulai karena ingin melakukan orientasi medan di beberapa tempat yang dijadikan sebagai ajang perlombaan. Sore hari, tim kami mencoba untuk memulai melakukan orientasi medam. Kami berangkat dari rumah Adhy, ba’da Ashar pukul 15.30, dengan tekad yang menggebu kami menyusuri jalanan Yogyakarta menuju tempat yang sebelumnya kami diskusikan dan kami prediksi sebagai jalur perlombaan, ternyata hingga nyaris tengah malam pun kami belum menemukan tempat yang dimaksud. Nyasar. Alhasil orientasi medan alih-alih hanya sampai di Museum Taman Nasional Gunung Merapi yang ternyata lokasinya masih sangat jauh dari tempat tujuan awal kami.

Tanggal 16 November 2012, “This is it!”, kata-kata  yang sering keluar dari chef Farach Quinn inilah yang mungkin dapat mewakili hati saya dan rekan satu tim lainnya hari ini. Hari yang ditunggu-tunggu telah datang, waktunya telah tiba! Inilah saat kami mengukur kemampuan kami tentang burung. Inilah saat kami akan bertemu dengan teman-teman “penyembah” burung lainnya dari berbagai tempat. Kami berkemas setelah shalat subuh, meminta dido’akan kepada “embah” dan keluarga Adhy lainnya. Lalu kami menuju terminal Condong Catur tempat panitia mengumpulkan kami peserta Birdwatching Competition, dengan diantar oleh Bude (salah satu anggota keluarga Adhy).

Sesampainya di terminal Condong Catur, ternyata panitia acara telah menyiapkan truk untuk mengantarkan kami ke tempat perlombaan. Kami bersiap dan menaikan barang-barang kami ke truk dengan di bantu oleh beberapa peserta lain yang baru sebulan kemudian kami ketahui bahwa orang yang membantu kami berkemas adalah Khaleb Yordan dan Boas Emannuel yang notabenenya adalah pendiri Jakarta Birder Community. di perjalanan saya berkenalan dengan seorang peserta perempuan lain yang ternyata masih duduk di bangku kelas XII Sekolah Menengah Atas, saya kagum akan ketertarikannya di bidang perburungan dan mengikuti lomba yang saya kira banyak di ikuti oleh peserta yang berusia “anak kuliahan”. ^^

Perjalanan yang cukup lama hingga kami tiba di sebuah tempat perkemahan, suatu tempat dengan area lapang yang luas dan dikelilingi tebing curam, tebing yang menjulang tegak, angkuh menantang langit, yang ditutupi oleh kabut. Di tengah lapangan ada panggung dan kursi-kursi yang telah berjejer rapih. Sayup-sayup suara dari pengeras suara terdengar memanggil semua peserta yang belum melakukan registrasi. Kami menuju sumber suara untuk melakukan registrasi dan mengambil peralatan lomba. Tak di sangka, dari sekian banyak “orang jawa” yang menjadi panitia kami menemukan satu panitia yang berasal dari tatar Sunda, Pak Asep namanya.

Administrasi selesai, dan kami terbagi menjadi 2 tim; tim pertama beranggotakan Irpan, Adhy , dan Adit dengan nama tim “Strigidae”; tim kedua beranggotakan saya (Gammi), Ilyas, dan Umar dengan nama tim  “Accipiteridae”. Kemudian kami segera mendirikan tenda, begitupula dengan peserta lainnya. Ditengah kesibukan mendirikan tenda, lewatlah seekor elang yang lalu bersoaring di atas tempat para peserta mendirikan tenda, pandangan semua orang yang ada di sana langsung tersita, melihat elang yang sedang ber-soaring, ada yang langsung mengambil binocular dan ada yang hanya terpaku bertelanjang mata memandang si elang yang langsung menjadi sorotan dan primadona diantara para pecinta burung disana.

Tak berapa lama tenda pun selesai didirikan, kumandang adzan memanggil peserta muslim untuk segera menunaikan kewajiban shalat Jumat. Saya tinggal sendiri di tenda dan mengerjakan titipan dari teman-teman sesaat sebelum pergi untuk shalat jumlat untuk memasak “Jelly”, yah mudah koq. Tapi tak disangka ternyata kawanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)menyerang saya, entah berapa banyak monyet yang menyerang, mereka tidak takut pada manusia, ketika saya usir mereka malah balik menyeringai. Beberapa menit berlalu dengan perjuangan saya melawan para monyet, para pria yang jum’atan itu dengan enteng berjalan mendekati saya dan menanyakan “jelly sudah jadi?” saya menjawab “sudah” lalu menceritakan semua yang terjadi sambil makan jelly, begitu selesai bercerita hujan turun, tidak banyak berkomentar kami langsung masuk tenda masing-masing. Tak disangka, tenda yang saya gunakan ternyata tidak memiliki Rain Cover sehingga air hujan menerobos masuk ke dalam tenda yang ditempati oleh saya, ilyas, dan umar. Terpaksa kami harus menggunakan barang yang ada untuk mengeringkan tenda dengan mengepel lantai tenda yang mulai basah oleh air hujan. Hujan semakin deras, dalam tenda derita, kami bertiga (saya, umar, Ilyas) bertahan, yang agak menyebalkan ternyata tenda sebelah adem ayem, tanpa bocor dan tidak mengetahui di tenda kami sedang berjuang melawan derasnya airhujan yang masuk ke dalam tenda. Akhirnya kami bertiga sudah tidak bisa bertahan lagi ditenda dan akhirnya mengangkut semua barang-barang ke tenda sebelah, membuat tenda sebelah penuh sesak tapi membuat suhu menjadi hangat karena akhirnya kami berdesakan dalam satu tenda yang berisi 6 orang.

Malam pun tiba, menyelimuti tebing dibelakang tenda kami dengan gelap gulita, suara hewan-hewan nocturnal mulai terdengar dan tak mau kalah ramai dengan suara peserta yang ramai keluar dari tenda menuju ke panggung untuk mengikuti briefing yang akan disampaikan oleh panitia. Sebelum briefing, ada acara talkshow yang disajikan oleh panitia, narasumbernya ada 2 orang  yang pertama adalah Regina Syafei beliau adalah seorang fotografer berita media “ANTARA” yang juga seorang penulis buku tentang orang utan Kalimantan dan kedua adalah Swiss Winansis atau akrab dikenal dengan mas Wiss, beliau berkecimpung didunia Wildlife Photography dan juga bekerja di Taman Nasional Baluran. Mba Regina menyampaikan banyak hal mengenai pengalamannya dalam bidang fotografi seperti bagaimana foto yang mengandung unsur berita, bagaimana cara mendapatkan foto yang mengandung cerita yang bagus, dan berbagi hal mengenai bukunya. Begitu juga dengan Mas Wiss yang menyampaikan bidang yang sama mengenai fotografi dan hal itu berhubungan dengan pekerjaannya di Taman Nasional Baluran. Beliau banyak mengabadikan momen dan objek bertema alam, lalu ia berbagi tips cara mengambil foto dengan tema Wildlife. Talkshow selesai, kemudian dilanjutkan dengan briefing untuk teknis perlombaan. Peserta dibagikan peta, buku catatan untuk membuat sketsa, alat tulis, dan kami harus mengumpulkan field guide atau alat bantu lainnya sampai perlombaan selesai, memori kamera juga dikumpulkan untuk dikosongkan, setelah itu kami diberitahukan jalur lomba yang ternyata dibagi 2. Setelah Briefing selesai kami semua kembali ke tenda, kami menentukan lagi jalur yang akan kami ambil esok hari, dan setelah memperhitungkan segala sesuatunya kami kemudian instirahat untuk mempersiapkan fisik esok hari.

Sabtu, 17 November 2012, kami berangkat pukul 5.00 WIB setelah selesai beribadat shalat subuh. Berbeda dengan peserta lain yang mandi dan sarapan terlebih dahulu sebelum memulai pengamatan, kami tidak sempat sarapan bersama peserta lain alih-alih sarapan diperjalanan sambil melakukan pengamatan, dan mandi pun sudah tidak kami pikirkan (jorok memang) hehehe. Tim accipiteridae mengambil jalur ke goa jepang sedangkan tim strigidae mengambil jalur ke puncak triangularis dan plawangan. Tiap jalur yang diambil jaraknya sama yaitu sekitar 1 km. Tiap peserta bebas memilih jalur yang diinginkan selama tidak melebihi waktu perlombaan yaitu dari jam 4.30 WIB sampai 14.00 WIB. Tim saya mendapatkan kurang lebih 20 jenis burung dan tanpa dokumentasi burung melainkan objek yang kami dokumentasikan malah lumut, jamur, paku, dan likhen karena berbagai keterbatasan ( -_-“ ) yang sempat membuat para juri tertawa melihat hasil foto kami, mungkin dalam benak mereka “bukannya moto burung malah moto lumut”. Saya sempat terkaget-kaget melihat Mas Wiss (salah satu juri) yang membawa lensa yang besarnya seperti ember yang selalu dibawa tukang jamu. Ketika akan kembali menuju tempat perkemahan untuk mengumpulkan list burung yang kami amati, kami bertemu Mas Asman Adi Purwanto dari Raptor Indonesia (RAIN), beliau ternyata ikut sebagai peserta dalam Acara ini.

Sekitar pukul 13.00 kami sudah mencapai tempat perkemahan, kami bertemu dengan tim strigidae diperjalananan menuju tempat kemah. Kami berbagi cerita tentang hasil “buruan” kami, ternyata mereka lebih banyak mendapatkan jenis burung karena mereka mendapatkan beberapa jenis raptor salah satunya adalah Spizaetus bartelsi atau elang jawa dan berhasil diabadikan oleh Adit dalam kameranya. Kami cepat-cepat mengumpulkan list burung yang kami temui sebelum pukul 14.00 WIB karena jika melebihi waktu yang ditentukan peserta akan dianggap gugur. Setiap tim diharuskan mempresentasikan salah satu jenis burung yang diamati, dan masing-masing tim diwakili oleh 1 peserta. Peraturan presentasinya sederhana, setiap peserta memilih satu jenis burung yang berhasil diamati saat lomba dan mendeskripsikannya ke hadapan juri dalam waktu 2 menit tidak boleh lebih tanpa menyebut nama spesiesnya, saya memilih Cipoh kacat (Aegithina tiphia) untuk dipresentasikan kepada juri.

Setelah shalat maghrib Panitia mengadakan kuis, sehingga tiap tim harus bersiap-siap. kategori yang akan dikuiskan adalah mengenali gambar burung, pengetahuan umum tentang burung, dan identifikasi suara. Kami sedikit tegang saat akan mengikuti kuis ini tapi kami harus tetap siap menjawab pertanyaan yang akan keluar nanti. Ya! Dan kuis pun dimulai sesi kuis pertama dikeluarkan pertanyaan sesuai dengan gambar yang ditampilkan, tim dapat menjawab soal dengan cukup baik disesi ini walau pun ada beberapa nomer yang tidak terisi. Pindah ke sesi pengetahuan umum disini banyak pertanyaan yang mengecoh dan memang agak sulit untuk dijawab meski pun sesi ini diberi judul kuis pengetahuan umum. Sesi terakhir adalah sesi mengidentifikasi suara burung, disesi ini baik tim saya maupun tim strigidae langsung angkat tangan. Di antara kami semua tidak banyak yang bisa mengidentifikasi burung hanya dengan mendengarkan suaranya saja. Sesi ini membuat kami sedikit frustasi. Akhirnya semua sesi berhasil dilewati, kami hanya berharap yang terbaik untuk apa yang kami lakukan sampai sejauh ini. Seselesainya acara kuis berlangsung, kami memilih untuk langsung ke tenda untuk beristirahat karena lelah, dan tidak mengikuti acara api unggu bersama peserta lain.

Minggu, 18 November 2012, Last time we step our foot at Merapi. Hari ini merupakan hari kepulangan kami, Umar dan Adit memilih untuk pulang lebih dulu, sebab mereka memiliki agenda kegiatan yang harus mereka kerjakan di Jatinangor. Kami meminta izin kepada panitia untuk mengantar kepergian teman-teman kami. Selanjutnya karena rasa lapar mulai melanda, kami menyiapkan sarapan karena panitia hanya menyediakan makan sampai kemarin malam saja. Seperti biasa menu andalan kami, jelly, mie instan, nasi, dan sarden. Makanan yang sangat sederhana tapi nikmat jika disantap bersama.

Panitia memanggil seluruh peserta dengan pengeras suara, meminta kami untuk berkumpul ke tempat yang disediakan, karena panitia akan segera mengumumkan pemenang dari Merapi Birdwatching Competition. Panitia juga memberitahukan tentang stand lomba fotografi yang diadakan beberapa hari sebelum lomba ini diadakan. Saya dengan penasaran mendatangi stand foto yang telah disediakan. Saya takjub mellihat hasil jepretan para fotografer ini! Apalagi sang juara pertama lomba foto. Tema foto yang dia angkat adalah Niagara Imagination, dalam fotonya terlihat awan putih dilangit malam yang membentuk seperti air terjun Niagara dan ada beberapa orang pendaki yang berjalan menuju ke arahnya, tempat pengambilan fotonya berada di lereng Gunung Merapi.

Setelah puas mengagumi karya orang-orang penggila photography tersebut saya duduk dikursi dan akhirnya masuk juga ke moment yang ditunggu-tunggu, yaitu pengumuman pemenang lomba. Saya dan teman-teman benar-benar gugup menunggu hasil yang dibacakan juri. Kami menunggu nama kami disebut oleh juri, dimulai dari juara harapan 3, harapan 2, harapan 1, juara 3, 2, dan akhirnya 1. Namun nama kami tidak masuk kemana pun yang artinya dewi fortuna sedang tidak memihak kepada kami. Kami tidak memenangkan kategori apapun dibirdwarching ini. Tapi, kami tidak menyesal, pengalaman yang kami dapat dan teman-teman baru yang kami kenal, jauh lebih penting daripada sekedar trofi. Setelah closing ceremony kami pun berkemas.

Kamipun kembali ke terminal Condong Catur menggunakan truk disertai hujan yang cukup deras, semua peserta riuh berjibaku dengan angin dan hujan, namun dari sini saya mengenal lagi teman-teman baru-baru yang sama-sama naik truk dan berjuang melawan hujan hingga terminal. Sesampainya di terminal Condong Catur, kami segera mencari Trans Yogya untuk menuju ke terminal Giwangan, karena hanya dari terminal Giwanganlah terdapat bus menuju Bandung. Menaiki trans Yogya ini ternyata menyenangkan, selain karena bisnya yang nyaman, kondekturnya sangat murah senyum, rute perjalanan menuju Giwangan ternyata berputa-putar menuju bandara, tempat pengerajin perak dan lain-lainnya ini seperti trip mengelilingi beberapa tempat wisata di Yogyakarta.

Hujan mewarnai perjalanan kami, dari mulai pukul 16.00 WIB kami memulai perjalanan hujan terus turun hingga malam hari entah pukul berapa karena saya banyak tidur selama perjalanan sehingga saya tidak tahu keadaan dunia di luar mimpi saya. Kami membawa “oleh-oleh” yang banyak sekali dari perjalanan kami kali ini, kami ingin melakukannya lagi dan kali berikutnya kami ingin piala itu ada ditangan kami.

merapi

About Bicons

Berdiri pada 24 September 1999, diinisiasi oleh beberapa orang yang peduli dengan pelestarian burung dan habitatnya. BICONS didirikan atas dasar pemikiran semakin terdesaknya keberadaan satwa liar di kawasan perkotaan. Burung dijadikan sebagai titik masuk BICONS untuk berbagai upaya pelestarian lingkungan hidup.

Discussion

2 thoughts on “Pengalamanku di Birdwatching Competition

  1. Wow, amazing weblog structure! How long have you
    been blogging for? you made blogging look easy.
    The overall look of your website is fantastic, let alone the content material!

    Posted by toko keramik murah | 11 December 2014, 5:56 pm

Leave a comment